Sesungguhnya mereka telah mendustakan kebenaran (Al-Quran) ketika ia sampai kepada mereka. Oleh itu, akan datanglah kepada mereka berita (yang membuktikan kebenaran) apa yang mereka selalu ejek-ejek itu (iaitu mereka akan ditimpa bala bencana).
(Surah Al-An'aam, Ayat 5)

Sunday, June 27, 2010

“SYIAH” terucap dari bibir suci Nabi SAW yang terdapat dalam Hadits2 Ahlussunnah.

Saat mengomentari tentang Hizbullah dengan Sayyid Hassan Nasrullahnya yang berhasil memukul mundur tentara Israel dalam perang 33 hari beberapa tahun lau seorang teman berkomentar, "Saya sangat kagum dengan kehebatan dan perjuangan Hizbullah, tapi sayang mereka orang Syiah". Pernyataan tersebut langsung saya sanggah dengan pernyataan saya, "Justru itu karena mereka orang Syiah!"

Kita semua sudah sama-sama tahu bahwa front terdepan perlawanan terhadap Israel dan Amerika adalah Iran. Hamas dan Hizbullah yang konfontatif terhadap Israel, yang dilatih, dipersenjatai dan didanai oleh Iran, Negara yang didominasi oleh para Mullah dan Ayatullah yang notabene adalah Syiah.

Satu hal lagi, saat Lebanon digempur habis-habisan oelh kekuatan Zionis Israel, saat Negara-negara Arab dan para ulama hanya berkomentar, Rahbar Ali Khamenei langsung mengeluarkan fatwa untuk ikut 'berperang' menghancurkan Amerika dengan cara tidak membeli produk-produk Amerika.

Dikabarkan dari negara-negara Arab yang banyak penduduk Syiahnya, produk-produk Amerika seperti Coca-cola, Marlboro dan lain-lain penjualannya menurun drastis, bahkan tempat-tempat makan fast food semisal Mc Donald dan sejenisnya konon banyak yang gulung tikar.

Disaat para tokoh-tokoh dan kelompok-kelompok Ahlusunnah saling berselisih bahkan ada yang mengkafirkan satu sama lain, saat para tokoh Ummat Islam bangsa Indonesia sibuk akan klaim kepemimpinannya masing-masing, Negara Iran yang mayoritas penduduknya Syiah sudah melatih 12 juta para Militernya, bahkan mereka sudah mempersiapkan persenjataan yang super canggih untuk melawan kekuatan Thagut Amerika sebagaimana yang Allah kehendaki.

"Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya...." (QS. Al-Anfaal 60).

Tentang persenjataan militernya, Pimpinan Garda Revolusi Muhammad Ali Jafari menyatakan, "Kami sudah tidak punya tempat yang memadai lagi untuk menyimpan rudal-rudal Kami".

Ya, mereka adalah orang-orang Syiah, julukan yang keluar dari mulut Arrasul SAWW sebagaimana yang akan saya paparkan:


Syiah dalam Hadist-Hadist Ahlussunnah:

Berbeda dengan kata "Ahlus Sunnah wa Al-Jama'ah," kata "Syiah" sudah ada/digunakan dari zaman dahulu kala. Di dalam Al-Quran misalnya, dalam surah Ash-Shaffat ayat 83: "Dan sungguh, salah satu Syiah (pengikut) nya adalah Ibrahim". Begitu pula yang disebutkan dalam surah Al-Qashash ayat 15: "...yang seorang dari Syiah (pengikut/golongan) nya dan seorang lagi dari musuhnya (kaum Fir'aun)".

Namun karena fokus dari tulisan ini adalah keterangan Nabi SAW dalam Hadits-Hadits Ahlusunnah, Berikut ini adalah Hadits-Hadits yang menerangkan tentang awal "sebutan" Syiah.
Al-Hafizh Abu Na'im adalah seorang Ulama Ahlussunnah yang disebutkan oleh para ulama bahwa ia adalah seorang "Mahkota Hadits" dan "Guru para Hadits Tsiqqat atau terpercaya".

Beliau dalam kitabnya Hilyah Al-Awliya' dengan sanad dari Ibn Abbas: Ketika turun ayat yang mulia:"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk". (QS. Al-Bayyinah 7), Rasulullah SAW bersabda kepada Ali ibn Abi Thalib AS, "Wahai Ali, itu adalah engkau dan pengikut (Syiah) mu. Engkau dan Syiahmu akan datang pada hari kiamat dalam keadaan Ridha dan di Ridhai". Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Mu'ayyid ibn Ahmad Al-Khawarizmi dalam kitabnya Al-Manaqib pasal 17 tentang turunnya ayat tersebut.

Hadits senada juga terdapat dalam kitab Tadzkirah Khawwash Al-Ummah karya Sabath ibn Al-Jawzi, hlm. 56, yang sanadnya berasal dari Abu Sa'id Al-Khudri: Nabi SAW memandang kepada Ali ibn Abi Thalib, lalu bersabda: "Orang ini dan para pengikut (Syiah) mu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat".

Abu Mu'ayyid ibn Ahmad Al-Khawarizmi dalam Al-Manaqib, pasal 9, Hadits No.10 dari Jabir ibn Abdullah Al-Anshari: Kami bersama Nabi SAWW, kemudian datang Ali ibn Abi Thalib. Beliau bersabda: Telah datang Saudaraku kepada kalian". Kemudian Beliau memukulkan tangannya. Beliau bersabda: "Demi yang diriku dalam kekuasaan-Nya, orang ini dan Syiahnya adalah orang-orang yang beroleh kemenangan pada hari kiamat". Kemudian, "Kemudian, ia adalah orang yang pertama yang beriman di antara kalian, yang paling setia menepati janji Allah, yang paling keras menegakkan perintah Allah, yang paling adil dalam memimpin, yang paling adil dalam membagi, dan yang paling agung keutamaannya di sisi Allah".

Perawi menambahkan kemudian turun ayat: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (khayrulbariyyah)" Selanjutnya perawi berkata: Apabila Ali datang, para sahabat Muhammad SAW berkata: "Telah datang khayrulbariyyah".

Allamah Al-Kanji Asy-Syafi'i meriwayatkan dalam kitabnya Kifayah Ath-Thalib bab 62 dengan sanad dari Jabir ibn Abdallah Al-Anshari. Nabi SAW bersabda kepada Ali: "Engkau dan Syiahmu berada di surga". (Tarikh Baghdad, juz 2, hlm. 289).

Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Ali, engkau dan syiahmu kembali kepadaku di Al-Haudh dengan rasa puas dan wajah yang putih. Sedangkan musuh-musuh mereka kembali ke Al-Haudh dalam kehausan". (Ibnu Hajar, Ash-Shawaiq Al-Muhriqah, hlm. 66, cet. Al-Maimanah (Mesir); Allamah Shalih At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 101, cet. Bombay).

Nabi SAW bersabda kepada Ali Ali bin Abi Thalib: "...dan syiahmu berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dengan wajah putih di sekelilingku. Aku memberikan syafaat kepada mereka. Maka mereka kelak di surga bertetangga denganku". (Al-Kanji Asy-Syafi'i, Kifayah Ath-Thalib, hlm. 135; Manaqib Ibnu Maghazali, hlm. 238).

Dari 'Ashim ibn Dhumrah dari Ali bin Abi Thalib: Rasulallah SAW bersabda: "Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, Al-Hasan dan Al-Husain adalah buahnya, dan Syiah adalah daun-daunya. Tidak keluar sesuatu yang baik kecuali dari yang baik". (Al-Kanji Asy-Syafi'i, Kifayah Ath-Thalib, hlm. 98).

Diriwayatkan dari Nabi SAW: "Janganlah kalian merendahkan Syiah Ali, karena masing-masing dari mereka diberi syafaat seperti untuk Rabi'ah dan Mudhar". (Al-Hakim, Al-Mustadrak 3/160; Ibnu Asakir, Tarikh 4/318; Muhibbuddin, Ar-Riyadh An-Nadhrah 2/253; Ibnu Ash-Shabagh Al-Maliki, Al-Fushul Al-Muhimmah 11; Ash-Shafuri, Nazhah Al-Majalis 2/222; Allamah Al-Hindi, Intiha' Al-Afham, hlm. 19, cet. Lucknow; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 257, cet. Istanbul).

Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri: Nabi SAW memandang kepada Ali ibn Abi Thalib dan bersabda: "Orang ini dan Syiahnya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat". (Sabath ibn Al-Jawzi, Tadzkirah Al-Khawwash, hlm. 59, cet. Aljir).

Diriwayatkan dari Anas ibn Malik: Rasulullah SAW bersabda: "Syiah Ali adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan". (Ad-Dailami, Firdaws Al-Akhbar; Allamah Al-Mannawi, Kunuz Al-Haqa'iq, hlm. 88, cet. Bulaq; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 180, cet. Istanbul; Allamah Al-Hindi, Intiha Al-Afham, hlm. 222, cet. Nul Kesywar).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: Rasulullah SAW bersabda: Ali dan Syiahnya adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan pada hari kiamat". (Allamah Al-Kasyafi At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 113, cet. Bombay; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 257; Allamah Al-Hindi, Intiha Al-Afham, hlm. 19).

Rasulullah SAW bersabda kepada Al bib Abi Thalib: "Engkau dan Syiahmu kembali kepadaku di Al-Haudh dalam keadaan puas". (As-Suyuthi, Ad-Durr Al-Mantsur 6/379, cet. Mesir; Al-Qunduzi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 182).

Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga adalah Aku, Engkau, Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain. Keturunan kita menyusul di belakang kita. Istri-istri kita menyusul di belakang keturunan kita, dan Syiah kita di kanan dan kiri kita". (Tarikh Ibn Asakir, 4/318; Ibnu Hajar, Ash-Shawaiq, hlm. 96; Tadzkirah Al-Khawwash, hlm. 31; Majma Az-Zawa'id 9/131).

Diriwayatkan dari Asy-Sya'bi dari Ali AS: Rasulallah SAW bersabda: "Engkau dan syiahmu berada di surga". (Tarikh Baghdad, 12/289, cet. As-Sa'adah (Mesir); Akhthab Khawarizmi, Al-Manaqib, hlm. 67).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW bersabda kepada Ali: "Engkau bersamaku dan Syiahmu di surga". (Majma Az-Zawa'id, 9/173).

Anas meriwayatkan dari Nabi SAW: Beliau bersabda: "Jibril mengabarkan kepadaku dari Allah SWT bahwa Allah mencintai Ali dengan kecintaan yang tidak diberikan kepada malaikat, para Nabi, dan para Rosul. Tidak ada Tasbih yang ditujukan kepada Allah, melainkan darinya Dia menciptakan satu Malaikat yang memohonkan ampunan bagi orang yang mencintainya dan Syiahnya hingga hari kiamat". (Allamah Al-Kasyafi At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 116, cet. Bombay; Allamah Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 256, cet. Istanbul tetapi tanpat kalimat "para Nabi dan para Rosul"). Dan seterusnya dan seterusnya..


Ketika Wahhabi Berdakwah tentang Syiah
(dari situs tetangga)

Situs Al-Quran yang beralamatkan http://quran.al-islam.com/ dan di tangani oleh pemerintah Arab Saudi yang bermazhab Wahhabi, ikut Tabligh menyebarkan ajaran Syiah. Entah disadari atau tidak oleh Wahhabi, dalam situs tersebut, terdapat tafsir surah Al-Bayyinah ayat 7, yang menafsirkan bahwa sebaik-baik manusia adalah Ali AS dan pengikutnya.

Tafsir ini seperti yang terdapat dalam situs itu merujuk pada tafsir Ath-Thabari. Dikatakannya bahwa: إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ,أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk". أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ "Mereka itu adalah sebaik-baik makhluk".

Siapakah yang sebaik-baik makhluk itu?

Dalam tafsir Ath-Tabari yang diriwayatkan dari Ibnu Hamid mengatakan bahwa, Isa bin Farqad dari Abil Jarud dari Muhammadi bin Ali, Rasulullah mengatakan: أنت يا علي وشيعتك "Engkau, wahai Ali, dan Syiahmu (pengikutmu-red)".

Thursday, June 10, 2010

Siapa Muhammad Abdul Wahab ??

Muhammad b. Abdul Wahab b. Sulaiman b. Ali b. Muhammad b. Ahmad b. Rashid b. Barid b. Musaraf an-Najdi at-Tamimi di lahirkan pada tahun ( 1115H-1119 @ 1703-1787M ) di daerah Najd .Sebenarnya ulama dan ahli sejarah berselisih pendapat tentang kelahiran Muhammad Abdul Wahab. Tahun 1690M/1111H merupakan�� pendapat Shaikh� Zaini Dahlan Mufti Mekah juga ahli sejarah sementara .Pada tahun 1694M/1115H adalah� Golongan Wahabi� manakala� pada 1703M/1124H adalah ahli sejarah� Barat. Muhammad Iqbal mengatakan beliau lahir pada 1700M/1121H.

Ayahnya Abdul Wahab yang merupakan seorang qadhi pada ketika itu telah mendapat firasat bahawa Muhammad Abdul Wahab akan menyesatkan umat Islam, kita sendiri telah sedia maklum hadis nabi yang berbunyi " Takutilah kamu akan firasat orang-orang mukminin sesungguhnya mereka melihat dengan Nur Allah (pandangan mata hati )" .Banyak hadis-hadis lain yang menyentuh tentang firasat dan mimpi yang baik merupakan sebahagian daripada kenabian, perstiwa tersebut terbukti benar apabila berlakunya pertentangan antara beliau dengan ayahnya sehingga, membuatkan Muhammad Abdul Wahab menyampikan dakyahnya secara tersembunyi. Kejahilan masyarakat dan kekuatan politk, adalah antara faktor dakyah Muhamaad ,meresap di kalangan masyarakat Badwi Najd.



ABDUL WAHAB MEMULAKAN PERGERAKAN DAN SERANGAN

�Ahli Najd� terbahagi kepada dua� golongan , badwi dan moden. Golongan moden mengamalkan perniagan manakala golongan badwi kerap berperang dan bermusuhan sesama kabilah bagi menguasai wadi,kawasan ternakan dan sebagainya. Kabilah Najd pada ketika itu terdiri dari� Bani Khalid, Hawazin, Harb, Qahtani, al-Ajmani, ad-Dawasir, Al Saud, Al Asobah ( Kuwait ) , Al Khalifah ( Baharin ) Zafir dan banyak lagi. Kawasan Najd ketika itu di luar kawalan Khilafah Daulah Uthmaniah, besar kemungkinan kawasan tersebut terpencil dan merupakan kawasan pendalaman.

Muhammad Abdul Wahab ke Iraq dan berbincang dengan beberapa ulama' fuqaha' lalu memberikan dan menyatukan beberapa pandangan baru dan lama., akan tetapi beliau dimarahi dan diusir, kemudian beliau terus pulang ke Najd, dan melahirkan pandangan baru yang mengakibatkan penduduk Najd terbahagi kepada 2 puak, mereka yang memerangi dan mereka yang menuruti. Kemudian Muhammad Abdul Wahab melarikan diri ke al-Uyainah lalu bersahabat dengan Amir al-Uyainah sehingga di akhiri dengan perkahwinan dengan anak perempuannya ( Amir al-Uyainah ).Ini secara tidak langsung memberi laluan kepada beliau untuk menyebarkan ajarannya. Setelah menetap di� al-Uyainah kira-kira 8 bulan beliau akhirnya diusir keluar. Apabila mengetahui kedudukannya terancam, maka beliau cuba menemui beberapa ketua-ketua kabilah dan pemimpin tertinggi untuk mendapat perlindungan dan sokongan sehinggalah ke ad-dar'iyah, lalu menemui Muhammad b. Saud. Pertemuan yang membawa mala petaka pada umat Islam ini, telah menjalinkan persepakatan dan persetujuan bagi membentuk agama baru secara rasmi, di dalam kekuatan politik, ketenteraan dan peperangan pada 1165H / 1744M.



ULAMA AL-HARMAIAN MENENTANG MUHAMMAD ABDUL WAHAB

Ketika mana Muhammad Abdul Wahab bersama pengikutnya mengkafirkan kaum muslimin ,beliau telah mengutuskan sekumpulan pengikutnya untuk merosakkan aqidah Ulama' al-Harmain serta memasukkan beberapa syubahat dan muslihat. Kemudian Ulama' al-Harmain (diantara mereka ialah As-Shaikh Ahmad al-Ba Alawi, As-Shaikh Umar Abdul Rasul, As-Shaikh Aqail b. Yahya al-'Alawi , As-Shaikh Abdul Malik dan As-Shaikh Hussin al-Maghribi) bangkit lantas menolak dengan memberikan beberapa keterangan dan hujjah sehingga melemahkan mereka� Akhirnya Ulama' al-Harmain menegaskan bahawa golongan Wahabi ini adalah jahil dan sesat, setelah meneliti bahawa aqidah yang dibawa olehnya adalah mengkafirkan umat Islam. Ulama' Harmian pun menulis sepucuk surat lalu diajukan perkara tersebut kepada Qadhi as-Syar'e Mekah, yang akhirnya menjatukan hukuman kepada� mereka yang mulhid ini dipenjara, malangnya ada segelintir daripada mereka telah berjaya meloloskan diri ke ad-Dar'iyah ( sekarang� ibu negeri Wahabi yang pertama di Riyad ) dengan perasan sombong dan angkuh. Peristiwa tersebut berlaku di bawah pemerintahan As-Syarif Masud b. Said b. Saad b. Zaid yang wafat pada 1153H/1732M.

Muhammad bin Abdul Wahab pula telah wafat pada tahun 1206H/1792M ketika berumur 90 tahun. Seterusnya gerakan ini diambil alih oleh Sulaiman bin Abdullah bin Abdul Wahab.



WAHABI MENYERANG MEKAH DAN TAIF

Apabila pembesar-pembesar Mekah menyekat kemasukan golongan Wahabi untuk mengerjakan Haji, lalu mereka menukar strategi dengan membahagikan kepada 2 kumpulan. Kumpulan pertama di bawah kesetiaan Amir Mekah yang hanya bersedia untuk berperang sesama mereka iaitu kumpulan kedua dan Amir Mekah� As-Syarif� Ghalib� b. Musaaid b. Said b. Saad� b. Zaid. Lantaran itu, berlakulah pertempuran yang mengakibatkan ramai yang terkorban seterusnya golongan Wahabi dapat menyebarkan dakyah mereka lalu membentuk tentera yang terdiri daripada kabilah-kabilah badwi di bawah pemerintahan Amir Mekah. Pada tahun 1217H / 1802M tentera-tentera Wahabi sampai di Taif dan mengepungnya pada bulan Zul Qa'edah 1217H, lalu menawan dan membunuh lelaki serta wanita termasuklah kanak-kanak ,sehingga tiada seorang pun yang terlepas daripada kekejaman Wahabi. Setelah itu mereka merampas dan merosakkan segala harta benda serta melakukan keganasan yang tidak terkira dan seterusnya menuju ke Mekah. Apabila mereka mengetahui pada bulan tersebut ramai jemaah haji terutamanya dari Syam dan Mesir, boleh jadi mereka akan diserang, lalu mereka bercadang untuk menetap seketika di Taif, sehinggalah selesai musim haji. Setelah jemaah haji pulang ke negara masing-masing, golongan Wahabi pun menuju ke Mekah, Amir Mekah as-Syarif Galib pada ketika itu tidak mampu menyekat kemaraan bala tentera Wahabi yang pada ketika itu telah tiba di Jeddah. Berita tersebut akhirnya dihidu oleh penduduk Mekah sehingga� mereka berasa amat takut apa yang berlaku di Taif akan menimpa mereka. Namun demikian, penduduk Mekahtidak dapat membuat apa-apa persediaan untuk menghadapi mereka. Pada Muharram1248H, golongan ini telah berjaya memasuki Kota Mekah dan menetap di sana selama 14 hari. Dalam tempoh masa inilah mereka melakukan kerosakan serta membuat ketetapan laranganmenziarahi makam nabi-nabi dan solihin.

�Kemudian tentera Wahabi menuju pula ke Jeddah untuk membunuh Amir as-Syarif. Setibanya di sempadan Jeddah, golongan Wahabi telah diserang olehtentera Amir mekah yang menatijahkan� mereka menerima kekalahan teruk. Kegagalan untuk menawan kota Jeddah ini megakibatkan mereka berundur dan pulang semula ke Mekah.



WAHABI MENAWAN MEKAH DAN MADINAH.

Selepas 8 hari, lalu golongan Wahabi mengumpulkan bala tenteranya di sana (Mekah) dan melantik seorang Amir as-Syarif Abdul Mu'ain iaitu saudara as-Syarif Ghalib, serta cuba berbaik-baik semula dengan penduduk Mekah dan memburuk-burukan mereka.

Pada tahun 1220H mereka merompak dan mengepung penduduk Mekah serta memutuskan segala bekalan makanan sehingga menyebabkan penduduk Mekah kelaparan yang mengakibatkan mereka terpaksa memakan daging anjing akibat kebuluran yang bersangatan. Melihatkan keadaan ini, Amir Mekah terpaksa mengadakan perjanjian dan perdamian, antara syarat perjanjian tersebut hendaklah berbaik-baik� dengan penduduk Mekah. Setelah tempoh perdamaian tamat maka sekali lagi pada akhir bulan Zul Qa'edah 1220H, mereka berjaya memasuki kota Mekah dan Madinah. Setelah tiba di Madinah , mereka menceroboh 'Bilik Nabi' dan mengambil semua harta benda termasuklah lampu dan bekas air daripada emas dan perak, permata, zamrud yang tidak ternilai harganya, lalu melakukan beberapa perkara keji dan jelek, sehingga menyebabkan ramai dari kalangan ulama' melarikan diri antaranya Shaikh Ismail Al-Barzanji, Shaikh Dandrawi dan ramai lagi .Kemudian mereka menghancurkan semua qubah di perkuburan Baqe' seperti qubah Ahli Bait, Isteri-isteri Nabi, anak-anak Nabi , lalu mereka cuba pula untuk memusnahkan kubah baginda Rasulullah s.a.w. , apabila mereka melihat di kubah tersebut terdapatnya� “ lambang bulan sabit “ yang pada sangkaan mereka diperbuat daripada emas tulin, mereka mereka menarik balik keputusan tersebut. Sesungguhnya Maha Suci Allah yang� telah memalingkan mereka daripada perbuatan keji dan melampau itu.Mereka juga telah memecahkan lampu-lampu di Madinah serta membahagikan kepada beberapa pengikutnya yang setia kepadanya. Kota Madinah akhirnya di tinggalkan dalam keadaan sepi selama beberapa hari tanpa azan, iqamah dan solat. ( Sila rujuk kitab ;Nuzhatul an-Nazirin fi Tarikh Masjid al-aw'walin wal akhirin oleh Jaafar bin Syaid Ismail al-Madani al-Barzanji)

Mereka juga melarang kemasukan jemaah haji dari Mesir dan Syam yang merupakan pekerja-pekerja seperti menenun kelambu Kaabah dan seumpamanya. Mubarak b. al-Mudayyiqi akhirnya telah dilantik menjadi Amir Wahabi pemerintahan mereka berlalu selama kira-kira 7 tahun.



SERANGAN THOSON BASHA KE ATAS WAHABI�

Sultan Muhammad Khan telah mengutus Muhammad Ali Basha pemerintah kerajaan Mesir supaya menyediakan seramai 8-10 ribu tentera untuk memerangi pelampau-pelampau Wahabi pada tahun 1226H, lalu beliau melantik anaknya Thoson Basha keluar dari negara Mesir pada bulan Ramadhan 1226H melalui jalan laut dan darat. Akhirnya berlakulah pertempuran yang maha dahsyat di perkampungan Khif ( dari Madinah kira-kira 90km)� sehingga mengakibatkan ramai daripada jumlah tentera Mesir telah terkorban dan setengahnya pula gagal� pulang ke Mesir. Kemenangan yang dicapai oleh golongan Wahabi ini, adalah disebabkan oleh sokongan daripada beberapa kabilah badwi� seramai 10 ribu orang yang telah berpakat untuk mengalahkan tentera Mesir. Peristiwa yang bersejarah lagi berdarah ini berlaku pada bulan Zul Hijjah 1226H/1805M. Sebenarnya tentera Thoson Basha juga terpaksa berhadapan seramai 30� ribu tentera Wahabi yang telah mengepung di bahagian Barat di bawah pimpinan� al-Amir Faisal



SERANGAN MUHAMMAD ALI BASHA KE ATAS WAHABI

Keazaman Muhammad Ali Basha dengan sendirinya menuju ke Hijaz pada tahun 1227H untuk menemui tenteranya. Setelah itu beliau bersama tenteranya menguasai as-Safra' dan al-Hudidah pada bulan Ramadhan dan memasuki kota Madinah pada akhir bulan Zul Qa'edah . Kemudian beliau menguasai pula di persisiran pantai Jeddah pada awal bulan Muharram 1228H, lalu terus menuju ke Mekah dan menguasainya di sana.Pada bulan Rabiul Awal tahun 1228H Muhammad Ali Basha� memerintahkan para utusannya ke Darul Khilafah Uthmaniah yang berpusat di Turki bersama� mereka anak-anak kunci kota Mekah, Madinah, Jeddah dan Taif. Pada bulan Syawal 1228H Muhammad Ali Basha kembali semula ke Hijaz, sebelum tiba di Hijaz� ,as-Syarif Ghalib telah menangkap Osman al-Mudayyiqi� yang merupakan Amir Wahabi di Taif, kemudian menghantarnya ke Darul Khilafah Uthmaniah� dan� dihukum bunuh. Setelah Muhamad Ali Basha tiba di Mekah pada bulan Zul Qa'edah, beliau menangkap pula as-Syarif Ghalib ibnu Musa'd lalu menghantarnya ke Darul Sultanah , kemudian beliau� melantik pula anak saudaranya As-Syarif Yahya bin Surur ibnu Musa'd untuk dilantik sebagai pemerintah di Mekah Pada bulan Muharam tahun 1229H Muhamad Ali Basha menangkap pula Amir Wahabi Madinah lalu menghantarnya ke Darul Khilafah Uthmaniah lalu� dihukum bunuh, kepalanya di gantung di “ Bab As-Saraya ” sebagaimana yang telah dilakukan terhadap Osman al-Mudayyiqi ,adapun as-Syarif Ghalib beliau telah dihantar ke Salanik� di Turki dan tinggal di sana dengan mendapat penghormatan sehingga beliau wafat� dan dikebumikan pada 1231H.

Pada bulan Sya'ban 1229H Muhamad Ali Basha sekali lagi telah mengutus tenteranya ke Turbah, Bisyah, Ghamid, Zahran dan 'Asir untuk mengesan dan menjejaki serta memerangi golongan Wahabi lalu berhasrat untuk membinasakannya sehingga ke akar umbi .Setibanya di Darul Wahabi mereka terus memerangi golongan Wahabi dan menawanya kemudian memusnahkan negeri mereka .Pada bulan Jamadil Awal 1229H Amir Saud Wahabi meninggal dunia lalu digantikan oleh anaknya Abdullah b. Saud. Muhammad Ali Basha kembali semula ke Darul Wahabi semasa mengerjakan haji dan tinggal di Mekah pada bulan Rejab 1230H, kemudian pulang semula ke Mesir setelah meninggalkan Hassan Basha di Mekah. Muhamad Ali Basha tiba di Mesir pada pertengahan bulan Rejab 1230H, ini menjadikan tempoh beliau di� Hijaz kira-kira 1 tahun 7 bulan. Beliau pulang ke Mesir setelah melaksanakan tanggugjawabnya dan tugasnya di bumi Hijaz. Maka tinggalah beberapa golongan Wahabi yang bertempiaran di setiap pelusuk kabilah badwi dan selebihnya tinggal di Ad-Dar'yah kemudian� melantik Abdullah b. Saud sebagai peminpin mereka.



BERPERANG DENGAN IBRAHIM BASHA

Amir Wahabi Abdullah b. Saud� cuba berbaik-baik dengan Thuson Basha bin Muhamad Ali Basha (adik kepada Ibrahim) ketika mereka berada di Madinah, sehingga terjalin hubungan persahabatan di bawah pemerintahan Muhammad Ali� Basha yang membuatkan Muhammad Ali Basha tidak menyetujuinya. Oleh kerana itu, Muhamad Ali Basha telah memperlengkapkan tenteranya untuk memerangi golongan Wahabi, di bawah pimpinan anaknya Ibrahim Basha(abang suluong). Pada tahun 1232H Ibrahim Basha bersama tenteranya tiba di Ad Dar'yah yang merupakan ibu negeri Wahabi yang pertama di Riyad, maka berlakulah pertempuran sengit yang berakhir pada bulan Zul Qa'edah 1233H dengan tertangkapnya Abdullah b. Saud Amir Wahabi.

AMIR WAHABI DIHUKUM BUNUH

Setelah tertangkapnya Amir Wahabi, lalu beliau di bawa bersama pembesarnya ke Mesir dan tiba di sana pada 17 Muharram 1234H. Mereka kemudianya diarak oleh beberapa orang askar dengan penuh kehinaan, lalu berbondong-bondonglah penduduk Mesir menyaksikan perarakan yang bersejarah itu. Apabila Amir Wahabi memasuki Istana, maka� Muhamad Ali Basha� dengan tersenyum duduk disisinya seraya berkata ;

Muhammad Ali Basha : Apakah ini berterusan ( peperangan ) ?

Amir Wahabi : Ini adalah peperangan timbal balik (sekali menang dan sekali kalah ).

Muhammad Ali Basha: Apa pendapat kamu tentang anakku Ibrahim Basha ?

Amir Wahabi: Beliau seorang gigih dan kuat seperti juga kami

Muhammad Ali Basha : Aku berharap pada kamu disisi Maulana as-Sultan.

Lalu mereka pun menuju ke bilik Ibrahim Basha di Bulaq ,bersamanya terdapat sebuah kota kecil yang berbungkus

Muhamad Ali Basha : Apa ini ?

Amir Wahabi : Ini aku dapati daripada ayahku yang beliau perolehi di sebuah bilik sahabatnya� bersama ku.

Kemudian Muhammad Ali Basha menyuruh agar kota tersebut di buka, maka beliau dapati 3 lembaran Mushaf daripada khazanah al-Muluk yang tidak pernah dilihatnya lebih baik sebelum ini,di samping itu juga terdapat 300 butir permata yang besar-besar daripada zamrud.

Muhamad Ali Basha : Ini yang kamu ambil di Hujrah as-Syarif ( di dalam maqam nabi)

Amir Wahabi : Aku dapatinya daripada ayahku, beliau tidak mengambilnya di Hujrah as-Syarif ,bahkan memperolehinya daripada penduduk Mekah dan Madinah dan orang-orang as-Syarif.

Muhammad Ali Basha: Sah! Kamu ambil daripada as-Syarif

Kemudian Amir Wahabi pun di hantar ke Darul Khilafah Uthaminah ,sementara itu� Muhammad Ali Basha kembali semula ke Hijaz dan seterusnya ke Mesir pada Muhaaram 1230H.,selepas beliau memusnahkan Negeri ad-Dar'yah sehinggalah golongan Wahabi meninggalkan penempatan mereka. Ketika Amir Wahabi tiba di Darul Khilafah Utmaniah pada bulan Rabi'ul Awal, beliau bersama pengikutnya diarak mengelilingi Kota Turki� untuk dipertontonkan oleh semua lapisan masyarakat. Akhirnya Amir Wahabi dihukum bunuh di “Bab Hamaayun ” manakala para pengikutnya pula dihukum bunuh dari suatu sudut yang berbeza-beza. Apa yang dapat kita fahami daripada rentetan peristiwa tersebut golongan Wahabi Badwi ini kerap mengamalkan sikap berperangan dan membuat kekacawan di Semenanjung Arab, kemudian pula� bercita-cita untuk menguasai di seluruh Tanah Arab.



SERANGAN JIHAD TERHADAP WAHABI

Ramai di kalangan Ulama' Mekah, Madinah, Qadhi dan Mufti di seluruh pelusuk dunia berfatwa agar serangan jihad dilancar ke atas golongan Wahabi, mereka terdiri daripada kalangan ulama' yang mu'tabar seperti As-Shaikh Ahmad al-Ba Alawi, As-Shaikh Umar Abdul Rasul, As-Shaikh Aqail b. Yahya al-'Alawi , As-Shaikh Abdul Malik dan As-Shaikh Hussin al-Maghribi.

Setelah mereka selesai menunaikan solat lalu menuju ke 'Bab as-Thani' mereka dapati sekumpulan orang Islam telah dizalimi dan diseksa dengan sengaja oleh golongan yang ingin memasuki Masjidil Haram serta diancam untuk dibunuh, maka bertempiaranlah mereka melarikan diri dan memberitahu� golongan Wahabi�� bahawa mereka adalah penduduk Mekah. Setelah itu� berhimpunlah sekelian ulama' di bahagian mimbar untuk mendengar khutbah yang disampaikan oleh Khatib Abu Hamid lalu beliau membaca Risalah Muhammad Abdul Wahab an-Najdi al-Mal'uni.� berbunyi : Wahai! Ulama',Qadhi, Mufti adakah kamu dengar dan tahu akan perutusan ini…..…

( Sila rujuk beberapa Risalah Muhamad Abdul Wahab an-Najdi al-Mal'uni at-Tamimi al-Kadzabi )

Kemudian ada pula daripada Ulama', Qadhi, Mufti� bermazhab empat dari kalangan penduduk Mekah di seluruh dunia yang datang untuk mengerjakan haji bersidang dan bermusyawarah sementara menunggu 10 Muhaaram untuk memasuki Masjidil Haram. Akhirnya ulama' menghukumkan mereka kafir dan mengarahkan Amir Mekah memaksa dan menyingkirkan mereka (golongan Wahabi ) keluar daripada Masjidil Haram. Setelah itu mereka mewajibkan semua orang Islam membantu dan bersatu. Barang siapa yang melarikan diri tanpa uzur adalah berdosa, dan barang siapa memeranginya jadilah mujahid dan barang siapa yang dibunuh memperolehi syahid.� Akhirnya ijmak ulama' bersepakat tanpa berlaku sebarang kekhilafan, telah menulis surat kepada Amir Mekah. Selepas menunaikan solat Maghrib mereka pun mengadap Amir Mekah. Justeru itu, seluruh penduduk Mekah bersatu serta mendokong kesatuan Amir Mekah untuk melancarkan serangan jihad dan menyingirkan mereka daripada Mekah� (Sila rujuk al-ajwibahtu al-Makkiyatu fi� rad 'al ar-Risalati an-Najdiyati� m.s.84-86 )��

�Kesimpulan yang boleh saya paparkan disini, Muhammad Abdul Wahab dan pengikutnya ditakrifkan sebagai Bughah iaitu sekumpulan orang Islam yang bermusuh atau ingkar kepada Pemeritah Tertinggi sehingga tertubuhnya sebuah pasukan bersenjata dan berhasrat untuk menentang� Pemerintah Tertinggi, dan mereka ini wajib diperangi setelah diberi amaran. Peristiwa seumpama ini pernah berlaku di zaman sahabat. Antaranya ialah peperangan antara Saidina Abu Bakr dengan Musilamatul Al-al-Kazab yang mengaku menjadi nabi , setelah itu peperangan Siffin antara golongan Saidina Ali dengan tentera Muawiyah ,dan juga tentera Khawarij.� ( lihat kitab Qalyubi Wa Umairah .Bab Bughah m.s.171-174� Kitab� unggul Mazhab Sayafe

Nama Putera Imam Ali as yang telah disalah fahamkan oleh mereka

Benarkah Imam Ali menamakan putranya dengan Abu Bakar, Umar dan Utsman?. Tentu untuk
menjawab masalah ini tidak ada yang bisa dilakukan kecuali dengan studi literatur. Untuk memudahkan pembahasan maka akan dibahas satu persatu.

Putra Imam Ali Yang Bernama Abu Bakar
Syaikh Sulaiman bin Shalih Al Khuraasy salah seorang Ulama Salafy yang mengecam Syiah dalam kitabnya As’ilat Qadat Syabab Asy Syiah Ila Al Haq hal 7 mengatakan dengan pasti bahwa Imam Ali menamakan anak-anaknya dengan nama Abu Bakar, Umar dan Utsman yaitu nama ketiga khalifah. Ia berkata
علي رضي الله عنه كما في المصادر الشيعية يسمِّي أحد أبنائه من زوجته ليلى بنت مسعود الحنظلية باسم أبي بكر، وعلي رضي الله عنه أول من سمَّى ابنه بأبي بكر في بني هاشم

Ali radiallahuanhu yang menjadi rujukan Syiah menamakan salah satu dari anak-anaknya dari istrinya Laila binti Mas’ud dengan nama Abu Bakar, dan Ali radiallahuanhu adalah yang pertama dari Bani Hasyim yang menamakan anaknya dengan nama Abu Bakar.

Jika melihat catatan kaki dalam kitab tersebut maka dapat dilihat bahwa Syaikh Sulaiman mengutip dari Kitab Al Irsyad Syaikh Mufid, Kitab Maqatil Ath Thalibiyyin Abu Faraj Al Asbahani dan Tarikh Al Yaqubi. Saya merujuk pada kitab-kitab yang disebutkan oleh Syaikh dan ternyata terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh Syaikh Sulaiman.
.

Dalam kitab Al Irsyad Syaikh Mufid hal 354 memang disebutkan nama anak-anak Imam Ali dan pada bagian anak Laila binti Mas’ud disebutkan
ومحمّدُ الأصغر المكًنّى أبا بكرٍ وعًبَيْدُاللهِ الشّهيدانِ معَ أخيهما الحسينِ عليهِ السّلامُ بالطّفِّ ، أُمُّهما ليلى بنتُ مسعود الدّارميّةُ

Muhammad Al Asghar dengan kunniyah Abu Bakar dan Ubaidillah yang syahid bersama saudaranya Al Husain Alaihissalam, Ibu mereka adalah Laila binti Mas’ud Ad Darimiyah.

Jadi Abu Bakar itu bukanlah nama sebenarnya tetapi hanyalah nama panggilan atau kunniyah sedangkan nama Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib sebenarnya adalah Muhammad Al Asghar. Hal ini berarti Imam Ali tidaklah menamakan putranya dengan nama Abu Bakar melainkan Muhammad.
.

Dalam Kitab Maqatil Ath Thalibiyyin Abu Faraj Al Asbahani hal 56, beliau mengatakan pada bagian “Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib”
لم يعرف اسمه ، وامه ليلى بنت مسعود بن خالد بن مالك بن ربعي بن سلم بن جندل بن نهشل بن دارم بن مالك بن حنظلة بن زيد مناة بن تميم

Tidak diketahui namanya, dan ibunya adalah Laila binti Mas’ud bin Khalid bin Malik bin Rabi’ bin Aslam bin Jandal bin Nahsyal bin Darim bin Malik bin Hanzhalah bin Zaid Manat bin Tamim.

Abu Faraj Al Asbahani mengaku tidak mengetahui nama asli Abu Bakar bin Ali, dalam hal ini ia menganggap bahwa Abu Bakar adalah nama panggilan atau kunniyah. Memang dalam kitab Tarikh Al Yaqubi 1/193 tidak disebutkan siapa namanya hanya menyebutkan Abu Bakar, hanya saja jika memang Syaikh Sulaiman bin Shalih merujuk pada kitab-kitab yang ia sebutkan maka sangat jelas bahwa nama Abu Bakar itu adalah kunniyah bukannya nama asli. Oleh karena itu menyatakan bahwa Imam Ali menamakan anaknya dengan nama Abu Bakar adalah keliru. Di sisi ulama syiah sendiri, Abu Bakar bin Ali dikenal dengan nama Muhammad Al Asghar dan ada pula yang menyatakan namanya Abdullah.

Syaikh Muhammad Mahdi Syamsuddin dalam Kitabnya Ansharu Husain hal 135 memasukkan nama Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib sebagai salah satu dari mereka yang syahid di Karbala, beliau berkata
قال الاصفهاني : لم يعرف إسمه ( في الخوارزمي : إسمه عبد الله ) . أمه : ليلى بنت مسعود بن خالد بن مالك

Al Asfahani berkata “tidak diketahui namanya” (Al Khawarizmi berkata : namanya Abdullah). Ibunya adalah Laila binti Mas’ud bin Khalid bin Malik.
.

Sayyid Jawad Syubbar dalam kitabnya Adab Al Thaff 1/57 berkata
ابو بكر بن علي بن أبي طالب واسمه محمد الأصغر أو عبد الله وأمه ليلى بنت مسعود بن خالد

Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib, namanya Muhammad Al Asghar atau Abdullah dan Ibunya adalah Laila binti Mas’ud bin Khalid.

Jadi disisi Ulama syiah maka Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib adalah nama panggilan yang masyhur sedangkan nama aslinya ada yang mengatakan Muhammad Al Asghar dan ada yang menyatakan Abdullah. Oleh karena itu bagi Ulama Syiah “Imam Ali tidak menamakan anaknya dengan nama Abu Bakar”.

Kalau melihat dari literatur Sunni maka saya pribadi belum menemukan adanya keterangan siapakah nama sebenarnya Abu Bakar, Ibnu Sa’ad dalam At Thabaqat Kubra 3/19 hanya menyebutkan bahwa Abu Bakar adalah putra dari Ali bin Abi Thalib dari istrinya Laila binti Mas’ud, tetapi keterangan Abul Faraj Al Asbahani dalam Maqatil Ath Thalibiyyin di atas sudah cukup untuk menyatakan bahwa Abu Bakar itu adalah nama panggilan atau kunniyah. Abu Faraj Al Asbahani memang dikatakan oleh Adz Dzahabi sebagai Syiah tetapi menurut beliau Abu Faraj seorang yang jujur.

Adz Dzahabi berkata tentang Abul Faraj Al Asbahani dalam kitabnya Mizan Al Itidal 3/123 no 5825
والظاهر أنه صدوق

Yang jelas, dia seorang yang jujur.

Dalam Siyar A’lam An Nubala 16/201, Adz Dzahabi berkata kalau Abul Faraj Al Asbahani adalah seorang pakar sejarah, lautan ilmu, tahu tentang nasab, hari-hari bangsa arab dan menguasai syair. Adz Dzahabi juga menegaskan bahwa salah satu tulisannya adalah Maqatil Ath Thalibiyyin, kemudian pada akhirnya Adz Dzahabi berkata “la ba’sa bihi” atau tidak ada masalah dengan dirinya.

Dalam Lisan Al Mizan jilid 4 no 584, Ibnu Hajar juga mengatakan hal yang sama dengan Adz Dzahabi bahwa Abul Faraj seorang yang jujur. Ibnu Hajar juga berkata
وقد روى الدارقطني في غرائب مالك عدة أحاديث عن أبي الفرج الأصبهاني ولم يتعرض

Ad Daruquthni meriwayatkan sejumlah hadis dari Abul Faraj Al Asbahani dalam Ghara’ib Malik tanpa membantah atau menolak riwayatnya.

Semua keterangan di atas menyimpulkan baik di sisi Sunni maupun Syiah nama Abu Bakar putra Imam Ali adalah nama panggilan yang masyhur untuknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa Imam Ali tidak menamakan putranya dengan nama Abu Bakar. Selain itu Abu Bakar adalah panggilan yang masyhur dan tidak hanya dimiliki oleh Abu Bakar khalifah pertama yang nama aslinya sendiri adalah Abdullah bin Utsman.

Dalam Kitab Al Ishabah Ibnu Hajar 4/26 no 4570 disebutkan salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Abu Bakar bin Rabi’ah, di kitab Al Ishabah 4/90 no 4685 disebutkan bahwa Abdullah bin Zubair salah seorang sahabat Nabi juga memiliki kunniyah Abu Bakar dan dalam Al Ishabah 7/44 no 9625 terdapat salah seorang sahabat yang dipanggil dengan Abu Bakar Al Laitsiy yang nama aslinya adalah Syadad bin Al Aswad. Keterangan ini menunjukkan bahwa kunniyah Abu Bakar tidak mutlak milik khalifah pertama dan bisa disematkan pada siapa saja.


Putra Imam Ali Yang Bernama Umar

Syaikh Sulaiman bin Shalih juga menyebutkan dalam As’ilat Qadat Syabab Asy Syiah Ila Al Haq hal 5
رقية بنت علي بن أبي طالب، عمر بن علي بن أبي طالب ـ الذي توفي في الخامسة والثلاثين من عمره
وأمهما هي: أم حبيب بنت ربيعة

Ruqayyah binti Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali bin Abi Thalib yang wafat pada usia 35 tahun. Ibu mereka adalah Ummu Hubaib binti Rabi’ah.

Dalam hal ini memang benar nama putra Imam Ali tersebut adalah Umar, tetapi tidak benar jika dikatakan Imam Ali menamakan putranya Umar karena yang menamakan Umar adalah Khalifah Umar bin Khattab. Adz Dzahabi menyebutkan dalam As Siyar A’lam An Nubala 4/134 biografi Umar bin Ali bin Abi Thalib
ومولده في أيام عمر فعمر سماه باسمه ونحله غلاما اسمه مورق

Beliau lahir pada masa khalifah Umar dan Umar menamakan dengan namanya, kemudian memberikan kepadanya budak yang bernama Mawraq.

Al Baladzuri dalam Ansab Al Asyraf hal 192 juga mengatakan hal yang sama
وكان عمر بن الخطاب سمى عمر بن علي باسمه ووهب له غلاما سمي مورقا

Umar bin Khattab menamakan Umar bin Ali dengan namanya dan memberikan kepadanya budak yang bernama Mawraq.

Jadi pernyataan Syaikh Sulaiman Al Khuraasy bahwa Imam Ali menamakan anaknya dengan nama Umar adalah keliru, yang benar Umarlah yang menamakan anak Imam Ali dengan nama Umar.

Sebagian pengikut salafy yang mengetahui fakta ini tetap saja berdalih dan terus mengecam syiah, mereka mengatakan kalau memang Imam Ali membenci dan melaknat Umar maka tidak mungkin beliau mau anaknya dinamakan oleh Khalifah Umar dengan namanya. Cara berpikir seperti ini keliru. Keputusan Imam Ali yang membiarkan anaknya dengan nama Umar bukan berarti beliau mengagumi Umar bin Khattab dan bukan berarti pula saya mengatakan Imam Ali membenci dan melaknat Umar. Dalam hal ini nama Umar adalah nama yang umum sehingga tidak ada masalah bagi Imam Ali untuk menerimanya. Bahkan nama Umar adalah nama salah satu dari anak tiri Nabi yaitu Umar bin Abi Salamah yang dalam sejarah hidupnya pernah diangkat sebagai gubernur Bahrain oleh Imam Ali dan beliau sahabat yang tetap setia kepada Imam Ali dalam Perang Jamal. Oleh karena itu nama Umar bagi Imam Ali bukanlah nama yang jelek sehingga beliau harus menolaknya.
.

Dalam Al Ishabah Ibnu Hajar 4/588-597 didapatkan Bbanyak sahabat yang bernama Umar diantaranya

* Umar bin Hakim Al Bahz (Al Ishabah no 5739)
* Umar bin Khattab (Al Ishabah no 5740)
* Umar bin Sa’ad Al Anmari (Al Ishabah no 5741)
* Umar bin Sa’id bin Malik (Al Ishabah no 5742)
* Umar bin Sufyan bin Abad (Al Ishabah no 5743)
* Umar bin Abi Salamah (Al Ishabah no 5744)
* Umar bin Ikrimah bin Abi Jahal (Al Ishabah no 5745)
* Umar bin Amr Al Laitsi (Al Ishabah no 5746)
* Umar bin Umair Al Anshari (Al Ishabah no 5747)
* Umar bin Auf An Nakha’i (Al Ishabah no 5748)
* Umar bin La Haq (Al Ishabah no 5749)
* Umar bin Malik (Al Ishabah no 5750)
* Umar bin Malik bin Utbah (Al Ishabah no 5751)
* Umar bin Muawiyah (Al Ishabah no 5753)
* Umar bin Wahab Ats Tsaqafi (Al Ishabah no 5754)
* Umar bin Yazid (Al Ishabah no 5755)

Jadi nama Umar adalah nama yang umum di kalangan sahabat dan tidak selalu mesti merujuk pada Khalifah Umar. Intinya Imam Ali tidak menganggap nama Umar sebagai nama yang jelek sehingga beliau harus menolaknya. Khalifah Umar boleh saja menganggap nama Umar bin Ali itu berasal dari namanya tetapi tidak bisa dikatakan kalau bagi Imam Ali nama Umar mesti merujuk pada Umar bin Khattab karena bisa saja dikatakan bahwa nama Umar itu adalah nama yang umum sehingga Imam Ali tidak keberatan untuk menerimanya atau nama Umar itu bagi Imam Ali mengingatkannya pada Umar bin Abi Salamah anak tiri Nabi dan salah seorang sahabat yang setia kepada Imam Ali.




Putra Imam Ali yang bernama Utsman

Syaikh Sulaiman bin Shalih Al Khurasy mengatakan dalam As’ilat Qadat Syabab Asy Syiah Ila Al Haq hal 4
عباس بن علي بن أبي طالب، عبدالله بن علي بن أبي طالب، جعفر بن علي ابن أبي طالب، عثمان بن علي بن أبي طالب أمهم هي: أم البنين بنت حزام بن دارم

Abbas bin Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Ali bin Abi Thalib. Ibu mereka adalah Ummul Banin binti Hizam bin Darim.

Saya katakan memang benar Imam Ali memiliki satu putra yang bernama Utsman bin Ali bin Abi Thalib. Tetapi lagi-lagi keliru kalau dikatakan nama Utsman mesti merujuk pada Khalifah Utsman. Nama Utsman adalah nama yang umum pada masa Jahiliyah dan masa Nabi. Ayah Abu bakar khalifah pertama bernama Utsman bin Amir. Dalam kitab Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/169 disebutkan bahwa nama sebenarnya Ayah Abu Bakar yang bergelar Abu Quhafah adalah Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah. Bukankah ini berarti nama Utsman sudah ada pada masa jahiliyah.


Pada masa sahabat cukup banyak sahabat yang bernama Utsman . Saya menemukan lebih dari 20 orang sahabat yang bernama Utsman seperti yang tertera dalam Al Ishabah 4/447 no 5436 sampai 4/463 no 5461 diantaranya (hanya disebutkan sebagian)

* Utsman bin Hakim (no 5437)
* Utsman bin Hamid bin Zuhayr (no 5438)
* Utsman bin Hunaif Al Anshari, Imam Tirmidzi mengatakan kalau beliau ikut perang Badar (no 5439)
* Utsman bin Said Al Anshari (no 5442)
* Utsman bin Amir, Abu Quhafah (no 5446)
* Utsman bin Utsman Ats Tsaqafi (no 5451)
* Utsman bin Affan (no 5452)
* Utsman bin Mazh’un (no 5457)

Jadi nama Utsman itu adalah nama yang umum dan tidak bisa langsung dikatakan begitu saja merujuk pada Utsman bin Affan. Lagipula Abul Faraj Al Asbahani menyebutkan bahwa nama Utsman putra Ali dinamakan oleh Imam Ali dengan merujuk pada Utsman bin Mazh’un. Hal ini disebutkan dalam Maqatil Ath Thalibiyyin hal 55 ketika menerangkan tentang “Utsman bin Ali bin Abi Thalib”.
روى عن علي أنه قال . إنما سميته باسم أخي عثمان ابن مظعون

Diriwayatkan dari Ali yang berkata “Sesungguhnya aku menamakannya dengan nama saudaraku Utsman bin Mazh’un”.

Utsman bin Mazh’un adalah salah seorang sahabat Nabi yang cukup dikenal keutamaannya. Beliau wafat di masa Nabi SAW setelah perang Badar. Terkenal ucapan Nabi SAW atas beliau ketika salah satu putri Nabi SAW meninggal, beliau SAW berkata
الحقي بسلفنا الصالح الخير عثمان بن مظعون

Susullah pendahulu kita yang shalih lagi baik Utsman bin Mazh’un

Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad Ahmad no 2127 dan dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir dalam Syarh Musnad Ahmad. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa Imam Ali memang menamakan putranya dengan nama Utsman yang merujuk pada Utsman bin Mazh’un.


Kesimpulan

Ada tiga kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini

1. Imam Ali tidak menamakan putranya dengan nama Abu Bakar karena Abu Bakar adalah nama panggilan
2. Imam Ali tidak menamakan putranya dengan nama Umar tetapi Khalifah Umar yang memberi nama Umar dan Imam Ali menerima nama tersebut karena nama Umar mengingatkan Beliau akan nama Umar bin Abi Salamah seorang sahabat yang setia kepada Imam Ali.
3. Imam Ali menamakan putranya dengan nama Utsman yang diambil dari nama Utsman bin Mazh’un